Tulisan ini hanya merepost tulisan dari sumbernya, yaitu Balitbang Tanaman Padi. Dan meskipun demikian mungkin tulisan ini dapat membantu atau menambah pengetahuan pembaca semuanya.
1.
Biologi dan Ekologi
Infeksi virus tungro menyebabkan tanaman kerdil, daun muda berwarna kuning
dari ujung daun, daun yang kuning nampak sedikit melintir dan jumlah anakan
lebih sedikit dari tanaman sehat. Secara umum hamparan tanaman padi
terlihat berwarna kuning dan tinggi tanaman tidak merata, terlihat spot-spot
tanaman kerdil.
Penyakit tungro disebabkan oleh dua jenis virus yaitu virus bentuk batang
(RTBV: rice tungro bacilliform virus) dan bentuk bulat (RTSV : rice
tungro sperical virus) yang hanya dapat ditularkan oleh wereng,
terutama yang paling efisien adalah spesies wereng hijau Nephotettix
virescens Distant. Wereng hijau dapat mengambil kedua virus tersebut
dari singgang, bibit voluntir (ceceran gabah saat panen yang tumbuh), teki, dan
eceng.
Kehilangan
hasil akan tinggi bahkan bisa tidak menghasilkan sama sekali bila kedua virus
menginfeksi tanaman peka dan terjadi pada saat awal fase vegetatif
tanaman. Kehilangan hasil terjadi karena jumlah anakan sedikit dan
terganggunya fotosintesa akibat daun berwarna kuning klorofilnya kurang
sehingga pengisian gabah tidah sempurna. Virus bulat dari segi penyebaran
tungro sangat penting karena virus batang hanya dapat disebarkan oleh wereng
hijau apabila wereng hijau telah memperoleh virus bulat. Virus bulat biasanya
ditemukan menginfeksi terlebih dahulu pada tanaman maupun pada wereng hijau.
Terjadi
2 puncak tanaman terinfeksi dalam satu periode pertumbuhan tanaman padi. Puncak
pertama terjadi pada saat tanaman
umur satu bulan setelah tanam dan puncak yang kedua terjadi saat tanaman umur dua bulan setelah tanam. Siklus
infeksi pertama dilakukan oleh wereng hijau imigran dari sekitarnya, sedangkan
siklus kedua oleh keturunannya yang berkembang di lokasi tersebut.
Menurut
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, luas tanaman terinfeksi setiap tahunnya
rata-rata mencapai 16.477 ha, rusak total (puso) 1.027 ha selama periode
1996-2002. Dengan perkiraan kehilangan hasil dari tanaman terinfeksi rata-rata
20%, tanaman puso 90%, harga gabah Rp. 1200 /kg kerugian akibat penyakit
tungro mencapai Rp. 14,1 Milyar. Pada saat terjadi ledakan serangan nilai
kerugian bisa melebihi dari perhitungan tersebut diatas.
2.
Pengendalian
Pengendalian penyakit tungro dianjurkan dilakukan dengan memadukan
teknik pengendalian yang berefek sinergis memperkuat meknisme pengendalian
alami, dalam sistem pengelolaan tanaman terpadu, yang
diitroduksikan/aplikasikan secara bertahap sesuai dengan tahapan budidaya.
Aplikasi insektisida untuk mematikan secara cepat wereng hijau agar efisien dan
berdampak paling sedikit terhadap lingkungan, sebaiknya dilakukan berdasarkan
hasil pengamatan tentang kondisi ancaman tungro
a.
Pra-tanam
1)
Rencanakan tanam bersamaan pada areal sehamparan
minimal pada luasan 40ha, berdasarkan jangkauan dari satu sumber inokulum.
2)
Rencanakan waktu tanam dengan memperkirakan saat
puncak kepadatan populasi wereng hijau dan keberadaan tungro terjadi, tanaman
telah melewati fase vegetatif.
3)
Bersihkan sumber inokulum tungro seperti singgang,
bibit yang tumbuh dari ceceran gabah, rumput teki dan eceng sebelum membuat
pesemaian. Wereng hijau memperoleh virus dari sumber-sumber inokulum
tersebut. Biarkan pematang ditumbuhi rumput lain selain sumber inokulum
tersebut untuk tempat berlindung musuh alami.
4)
Tanam varietas tahan wereng hijau atau tahan tungro
dengan memperhatikan kesesuaian varietas sesuai dengan Tabel ketahanan
varietas di bawah ini:
Tingkat
ketahanan golongan varietas tahan wereng hijau terhadap koloni-koloni N.
virescens.
Keterangan:
P: Peka
(kemampuan wereng hijau menularkan tungro pada varietas tersebut tidak berbeda
nyata atau nyata lebih tinggi dari kemampuan menularkan tungro pada varietas
Cisadane dengan uji DMRT pada taraf uji 5%)
T: Tahan
(kemampuan wereng hijau pada varietas tersebut nyata lebih rendah dari
kemampuannya menularkan tungro pada varietas Cisadane dengan uji DMRT pada
taraf uji 5%)
Gol.
T1: IR20, IR30, IR26, IR46, Citarum, dan Serayu
Gol.
T2: IR32, IR38, IR36, IR47, Semeru, Asahan, Ciliwung, Krueng Aceh dan
Bengawan Solo
Gol.
T3: IR50, IR48, IR54, IR52 dan IR64
Gol.
T4: IR66, IR70, IR72, IR68, Barumun, dan Klara.
Ketahanan
varietas tahan virus tungro terhadap berbagai sumber inokulum
tungro
Keterangan:
T: Tahan
(Sesuai :tungro <50%); P: Peka (Tidak sesuai : tungro >50%). -:
belum diuji
b.
Tanam (dari saat pesemaian sampai
akhir fase vegetatif tanaman)
Untuk mengetahui ancaman tungro, terlebih-lebih apabila poin 1-4 periode
pra-tanam tidak dapat dilakukan, amati ancaman tungro di pesemaian dan
saat tanaman muda dengan cara sebagai berikut :
1)
Amati populasi wereng hijau di pesemaian dengan jaring
serangga 10 kali ayunan. Uji infeksi virus dengan uji yodium dari 20
daun. Apabila hasil perkalian antara jumlah wereng hijau dan
persentase daun terinfeksi sama atau lebih dari 75 maka tanaman terancam.
Aplikasi antifidan dengan bahan aktif imidacloprid, thiametoxam atau bahan
aktif lainnya di pesemaian atau saat tanaman umur 1 minggu setelah tanam untuk
menghambat pemerolehan dan penularan. Apabila tidak mampu mengamati
populasi dan tanaman terinfeksi di pesemaian, amati gejala tungro saat tanaman
umur 3 mst.
2)
Tanam dengan cara legowo 2 baris atau 4 baris.
Pemencaran wereng hijau berkurang pada pola sebaran inang yang ditanam secara
legowo.
3)
Pada saat tanaman umur 3 mst, apabila dari petakan alamiah
dengan luas kurang lebih 100m2 ditemukan 2 rumpun tanaman bergejala tungro,
tanaman terancam. Lakukan secepatnya aplikasi insektisida fungsi ganda yaitu
insektisida yang dapat mematikan wereng hijau dan pada residu rendah bersifat
antifidan misalnya insektisida berbahan aktif imidacloprid atau thiametoxam
atau yang lainnya untuk menghambat pemerolehan dan penularan virus.
4)
Sawah jangan dikeringkan, usahakan paling tidak dalam
kondisi air macak-macak. Sawah kering merangsang pemencaran wereng hijau yang
dapat memperluas penularan.
Sumber : Balitbang
tanaman Padi
Posting Komentar untuk "TUNGRO"