Alfalfa, Hay, dan Silase: Optimalisasi Pakan Hijauan untuk Ternak Ruminansia

Pakan hijauan merupakan fondasi dalam sistem nutrisi ternak ruminansia. Di antara berbagai sumber hijauan, alfalfa dikenal sebagai leguminosa bernilai tinggi. Sementara itu, hay dan silase merupakan teknologi pengawetan hijauan yang memungkinkan penyediaan pakan sepanjang tahun. Kombinasi penggunaan alfalfa sebagai hay atau silase mampu meningkatkan produktivitas ternak dalam berbagai fase fisiologis.

Ternak ruminansia seperti sapi, kambing, dan domba membutuhkan hijauan berkualitas tinggi untuk memenuhi kebutuhan energi dan protein dalam proses metabolisme dan pertumbuhan. Tantangan utama dalam penyediaan hijauan adalah fluktuasi ketersediaan musiman, terutama di daerah tropis seperti Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan hijauan berkualitas tinggi dan teknologi pengawetan seperti hay dan silase (Soetanto, 2006; Pulungan, 2010).

Alfalfa (Medicago sativa) adalah salah satu leguminosa paling bergizi dan sangat disukai dalam sistem peternakan modern, baik dalam bentuk segar, hay, maupun silase. Pengolahan alfalfa menjadi hay atau silase meningkatkan fleksibilitas penyimpanan dan mempertahankan nutrisi hijauan.

Alfalfa: Leguminosa Bergizi Tinggi

Alfalfa merupakan tanaman leguminosa tahunan yang kaya protein, vitamin A dan E, serta mineral kalsium dan magnesium. Tanaman ini populer di negara-negara beriklim sedang dan telah mulai diadaptasi di beberapa wilayah Indonesia seperti Malang dan Lembang.

Kandungan nutrisi alfalfa segar:

Komponen

Nilai (%)

Protein Kasar

18 – 22

Energi (TDN)

55 – 65

Serat Kasar

25 – 30

Kalsium

1.2 – 1.8

Magnesium

0.2 – 0.4

Keunggulan alfalfa:

1.       Kandungan protein lebih tinggi dari rumput gajah atau kaliandra

2.       Merangsang produksi susu pada sapi/kambing perah

3.       Meningkatkan efisiensi konversi pakan

Hay: Pengeringan Alami Hijauan

Hay adalah hijauan kering yang diawetkan melalui pengurangan kadar air (<15%) dengan pengeringan alami di bawah sinar matahari. Alfalfa sangat cocok dijadikan hay karena struktur daunnya padat dan kaya nutrisi.

Kelebihan hay:

1.       Ringan dan mudah disimpan

2.       Stabil dalam jangka panjang

3.       Minim risiko fermentasi dan pembusukan

4.       Cocok untuk daerah dengan musim kering

Kekurangan:

1.       Bergantung pada cuaca panas

2.       Kehilangan nutrisi (vitamin) akibat paparan sinar matahari berlebih

Silase: Fermentasi Anaerob Hijauan

Silase adalah hijauan yang diawetkan dengan cara fermentasi anaerob dalam kondisi lembap (60–70% kadar air). Proses ini menghasilkan asam organik (terutama asam laktat) yang menurunkan pH hingga di bawah 4, menghambat aktivitas mikroba pembusuk.

Langkah pembuatan silase alfalfa:

1.       Potong alfalfa 3–5 cm

2.       Pengeringan awal hingga kadar air ±65%

3.       Tambahkan molases (1–2%) sebagai sumber gula fermentasi

4.       Masukkan dalam silo plastik atau drum, padatkan dan tutup rapat

5.       Fermentasi selama 21–30 hari

Kelebihan silase:

1.       Cocok untuk musim hujan (tidak tergantung sinar matahari)

2.       Ketersediaan energi dan palatabilitas tinggi

3.       Proses cepat dan efisien

Kekurangan:

1.       Butuh perlakuan anaerob sempurna

2.       Risiko kontaminasi jamur jika bocor udara

Perbandingan Nutrisi

Parameter

Alfalfa Segar

Alfalfa Hay

Silase Alfalfa

Kadar Air (%)

75 – 80

10 – 15

60 – 70

Protein Kasar (%)

18 – 22

16 – 20

14 – 18

TDN (%)

55 – 65

55 – 60

60 – 65

Serat Kasar (%)

25 – 30

30 – 35

28 – 33

Palatabilitas

Tinggi

Tinggi

Sangat Tinggi

Aplikasi di Peternakan

Penggunaan alfalfa hay dan silase telah terbukti meningkatkan produktivitas ternak:

1.       Sapi Perah: Peningkatan produksi susu hingga 15–20% dibandingkan hanya dengan rumput gajah

2.       Kambing Perah: Kualitas susu (lemak dan protein) meningkat dengan kombinasi alfalfa hay + dedak

3.       Domba Penggemukan: Pertambahan bobot harian meningkat dengan pakan silase alfalfa sebagai sumber serat dan energi

Alfalfa merupakan pakan hijauan berkualitas tinggi yang dapat diawetkan dalam bentuk hay dan silase untuk mengatasi kelangkaan pakan musiman. Penggunaan alfalfa hay cocok di musim kering dan untuk transportasi jarak jauh, sementara silase alfalfa unggul dalam penyimpanan saat musim hujan. Kombinasi alfalfa dengan bahan pakan lokal lain sangat direkomendasikan untuk meningkatkan efisiensi usaha peternakan ruminansia.

 

 

Referensi

1.       Soetanto, H. (2006). Penyusunan Ransum Ternak Ruminansia. Universitas Brawijaya.

2.       Pulungan, H. (2010). Teknologi Silase dan Hay untuk Pakan Ternak. Penebar Swadaya.

3.       Kearl, L. C. (1982). Nutrient Requirements of Ruminants in Developing Countries. Utah State University.

4.       Siregar, A. B. (2013). Formulasi Pakan Lengkap Berbasis Limbah Pertanian. Medan: USU Press.

5.       Arifin, Z. (2019). "Potensi Alfalfa sebagai Pakan Hijauan Berkualitas untuk Ternak." Jurnal Ilmu Ternak Indonesia, 21(2), 123–130.

6.       USDA (2020). Alfalfa Nutritional Profile. U.S. Department of Agriculture.

 

Posting Komentar untuk "Alfalfa, Hay, dan Silase: Optimalisasi Pakan Hijauan untuk Ternak Ruminansia"