Mengenal Tanam Padi Sistem Tanam SRI (System of Rice Intensification)


Padi (Oryza sativa L.) merupakan makanan pokok utama bagi mayoritas masyarakat Indonesia. Dalam menghadapi tantangan produktivitas pertanian seperti keterbatasan air, lahan, dan dampak perubahan iklim, inovasi budidaya menjadi sangat penting. Salah satu pendekatan ramah lingkungan dan hemat sumber daya yang mulai banyak diterapkan adalah System of Rice Intensification (SRI) atau dalam bahasa Indonesia disebut Sistem Intensifikasi Padi.

SRI bukan varietas baru, melainkan suatu metode atau sistem budidaya yang menitikberatkan pada efisiensi pemanfaatan benih, air, dan pemeliharaan tanaman. Sistem ini dikembangkan pertama kali di Madagaskar oleh Henri de Laulanié pada awal 1980-an dan diperkenalkan di Indonesia sekitar tahun 1999.

 

Konsep Dasar SRI

Sistem tanam SRI mengubah beberapa praktik utama dalam budidaya padi untuk merangsang pertumbuhan akar dan meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya. Prinsip-prinsip utamanya meliputi:

1.       Penggunaan Bibit Muda

Bibit ditanam saat berumur 8–15 hari setelah semai, agar sistem perakaran berkembang lebih baik dan stres transplantasi dapat diminimalisir.

2.       Penanaman Satu Bibit per Lubang

Mengurangi persaingan antartanaman dalam satu lubang sehingga tiap tanaman dapat tumbuh optimal.

3.       Jarak Tanam Lebar dan Teratur

Umumnya menggunakan jarak tanam 25x25 cm atau lebih, yang memungkinkan sinar matahari dan udara menjangkau seluruh tanaman secara merata.

4.       Pengairan Berselang (Intermittent Irrigation)

Tidak terus-menerus digenangi, melainkan air diberikan secara berselang. Hal ini menghemat air dan meningkatkan aerasi tanah.

5.       Penggunaan Bahan Organik

Seperti pupuk kandang, kompos, atau pupuk hijau untuk meningkatkan kesuburan tanah dan memperbaiki struktur tanah.

6.       Pengendalian Gulma Mekanis

Menggunakan alat seperti rotary weeder yang sekaligus mengaerasi tanah, memperkuat akar, dan menekan pertumbuhan gulma.

 

Manfaat Sistem Tanam SRI

Metode SRI memberikan berbagai keuntungan dibanding sistem konvensional:

1.       Meningkatkan Hasil Panen

Beberapa penelitian menunjukkan peningkatan hasil antara 20% hingga 50%, tergantung pada lokasi dan tingkat penerapan.

2.       Menghemat Air

Penggunaan air dapat ditekan hingga 30–50% dibandingkan sistem irigasi tergenang.

3.       Ramah Lingkungan

Penggunaan pupuk organik dan pengurangan pestisida kimia membantu menjaga keseimbangan ekosistem sawah.

4.       Mengurangi Penggunaan Benih

Dengan hanya menanam satu bibit per lubang dan jarak tanam lebar, kebutuhan benih bisa berkurang hingga 80%.

5.       Meningkatkan Kesehatan Tanah

Pemberian bahan organik secara rutin memperbaiki struktur tanah dan mendukung aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat.

 

Tantangan dalam Implementasi

Meski menawarkan banyak keunggulan, sistem SRI masih menghadapi beberapa tantangan, di antaranya:

1.     Perubahan Kebiasaan Petani: Petani yang terbiasa dengan sistem konvensional cenderung ragu untuk beralih.

2.       Ketersediaan dan Akses Bahan Organik: Tidak semua petani memiliki sumber bahan organik dalam jumlah cukup.

3.       Kebutuhan Tenaga Kerja Awal: Penyiangan dan pengolahan lahan secara manual lebih intensif di awal.

Namun demikian, berbagai studi dan pengalaman petani menunjukkan bahwa hasil dan efisiensi jangka panjang dari SRI sangat menjanjikan.

Sistem Tanam SRI adalah pendekatan budidaya padi yang hemat air, hemat benih, dan ramah lingkungan, dengan potensi hasil tinggi. Penerapannya sangat sesuai untuk menjawab tantangan pertanian masa kini: keterbatasan sumber daya dan kebutuhan akan sistem pertanian berkelanjutan.

Untuk memperluas adopsi SRI, dibutuhkan pelatihan intensif, pendampingan lapangan, serta kebijakan pemerintah yang mendukung produksi pupuk organik dan teknologi pertanian berwawasan lingkungan.

 

Daftar Pustaka

1.       Uphoff, N. (2003). Higher Yields with Fewer External Inputs? The System of Rice Intensification and Potential Contributions to Agricultural Sustainability. International Journal of Agricultural Sustainability, 1(1), 38–50.

2.       BPTP Jawa Tengah. (2019). Panduan Praktis Budidaya Padi dengan SRI. Balitbangtan, Kementerian Pertanian RI.

3.       FAO. (2015). System of Rice Intensification (SRI) – Achieving More with Less. Food and Agriculture Organization of the United Nations.

4.       Kusumastuti, A., & Sumarno, S. (2020). "Penerapan Sistem SRI untuk Meningkatkan Produksi Padi dan Konservasi Air." Jurnal Agro Inovasi, 8(2), 90–96.

5.       Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. (2021). Teknologi Budidaya Padi Sistem SRI. Jakarta: Kementerian Pertanian RI.

  

Posting Komentar untuk "Mengenal Tanam Padi Sistem Tanam SRI (System of Rice Intensification)"