Strategi Pengendalian Hama Penggerek Batang Padi (Scirpophaga spp.) secara Terpadu


Produksi padi nasional di Indonesia kerap mengalami hambatan akibat serangan hama dan penyakit, salah satunya adalah hama penggerek batang padi. Hama ini merusak jaringan dalam batang tanaman, menyebabkan gejala khas seperti sundep (fase vegetatif) dan beluk (fase generatif), yang berujung pada kegagalan panen (Kalshoven, 1981). Oleh karena itu, diperlukan strategi pengendalian yang sistematis, efisien, dan berkelanjutan.

Pengendalian Hama secara Terpadu

1.       Pengendalian Budidaya

Merupakan langkah awal untuk menciptakan lingkungan yang tidak kondusif bagi perkembangan hama. Beberapa teknik meliputi:

a.       Tanam serempak di satu hamparan → memutus siklus hidup hama.

b.       Pengolahan lahan sempurna, seperti membenamkan jerami atau membakar tunggul.

c.       Rotasi tanaman dengan non-padi (misalnya jagung atau kedelai).

d.       Penggunaan varietas tahan terhadap penggerek seperti Inpari 32, Inpari 42 Agritan, dan Ciherang (BPTPH, 2019).

2.       Pengendalian Mekanis

Teknik pengendalian langsung yang dapat dilakukan oleh petani:

a.       Pengumpulan dan pemusnahan kelompok telur dan larva.

b.       Pemasangan lampu perangkap untuk menangkap ngengat dewasa.

c.       Monitoring rutin dengan papan perekat untuk memantau populasi.

3.       Pengendalian Biologis

Memanfaatkan musuh alami untuk menghambat populasi hama:

a.       Parasitoid telur: Trichogramma japonicum telah terbukti efektif menyerang telur penggerek (Hasyim et al., 2010).

b.       Predator alami: seperti laba-laba, capung, semut rangrang (Oecophylla smaragdina), dan burung kecil.

c.       Konservasi habitat musuh alami dengan mengurangi penggunaan pestisida kimia yang bersifat broad-spectrum.

4.       Pengendalian Kimia

Digunakan sebagai langkah terakhir bila populasi hama melebihi ambang ekonomi:

Ambang ekonomi:

Fase vegetatif: 10% tanaman menunjukkan sundep

Fase generatif: 5% tanaman menunjukkan beluk (Sastrosiswojo, 2001)

Jenis insektisida yang direkomendasikan:

Bahan aktif: fipronil, klorpirifos, karbofuran

Perlu dilakukan rotasi bahan aktif untuk mencegah resistensi

Penerapan pestisida harus selektif dan mengikuti prinsip 6 tepat: tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu, tepat sasaran, tepat cara, dan tepat mutu.

Integrasi Strategi PHT

Penggunaan pendekatan tunggal tidak cukup efektif dalam jangka panjang. Oleh karena itu, integrasi antar metode menjadi kunci pengendalian yang berkelanjutan. Berikut contoh skema PHT untuk penggerek batang:

Tahapan Tanam

Kegiatan Pengendalian

Pra tanam

Pengolahan lahan, rotasi tanaman

Awal tanam

Tanam serempak, monitoring telur

Fase vegetatif

Pemusnahan telur, pelepasan parasitoid

Fase generatif

Aplikasi insektisida selektif jika perlu

Pasca panen

Pembakaran tunggul, pengolahan lahan ulang

Pengendalian hama penggerek batang padi harus dilakukan secara terpadu melalui strategi PHT yang menggabungkan aspek budidaya, mekanis, biologis, dan kimia. Pendekatan ini terbukti lebih efektif, ramah lingkungan, dan berkelanjutan dibanding pengendalian kimia secara tunggal. Dukungan dari petani, penyuluh, dan pemerintah sangat dibutuhkan untuk penerapan PHT yang konsisten di lapangan.

 

Daftar Pustaka

1.       Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura. (2019). Pedoman Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Padi. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah.

2.       Hasyim, A., Tarmizi, A., & Sipayung, A. (2010). Efektivitas Trichogramma japonicum dalam Mengendalikan Hama Penggerek Batang Padi. Jurnal Hama dan Penyakit Tumbuhan Tropika, 10(2), 99–105.

3.       Kalshoven, L.G.E. (1981). The Pests of Crops in Indonesia. Jakarta: Ichtiar Baru–Van Hoeve.

4.       Sastrosiswojo, S. (2001). Hama Tanaman Pangan di Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.

5.       Widiyastuti, A. (2020). Strategi Pengendalian Penggerek Batang Padi Secara Terpadu. Jurnal Proteksi Tanaman Tropika, 24(2), 130–138.

Posting Komentar untuk "Strategi Pengendalian Hama Penggerek Batang Padi (Scirpophaga spp.) secara Terpadu"