Salah satu kendala utama dalam budidaya padi adalah gangguan organisme pengganggu tanaman (OPT), termasuk wereng hijau (Nephotettix virescens). Hama ini tersebar luas di berbagai wilayah sentra produksi padi dan menjadi vektor utama penyebaran penyakit tungro, yang dapat menyebabkan penurunan hasil panen secara drastis (Saragih et al., 2015).
Wereng hijau termasuk dalam ordo Hemiptera, famili Cicadellidae.
Hama ini menyerang tanaman padi dengan cara menghisap cairan dari jaringan
tanaman, terutama pada bagian daun dan batang muda (Sastrosiswojo, 1999).
Selain kerusakan mekanis, wereng hijau juga memiliki kemampuan menularkan
virus, terutama virus tungro yang sangat merugikan petani.
Pengetahuan tentang gejala serangan wereng hijau sangat penting untuk
mendeteksi dini keberadaan hama ini dan menerapkan pengendalian yang tepat
sebelum populasi mencapai ambang ekonomi.
Gejala Serangan Wereng Hijau
1. Gejala Fisik Langsung pada Tanaman
a.
Daun
menguning: Daun padi yang terserang wereng hijau akan menunjukkan gejala
menguning secara bertahap, terutama di bagian ujung daun. Proses ini dimulai
dari titik hisapan serangga.
b.
Tanaman
menjadi kerdil: Serangan berat menyebabkan tanaman tidak tumbuh normal karena
cairan tanaman dihisap oleh wereng, menghambat proses fotosintesis dan
pembentukan jaringan baru.
c.
Pertumbuhan
terhambat: Tanaman yang terserang cenderung lambat berkembang, bahkan gagal
berproduksi jika serangan terjadi pada fase vegetatif awal.
d.
Jumlah
anakan menurun: Wereng hijau sering menyerang pada fase anakan, yang
menyebabkan jumlah anakan produktif berkurang.
2. Gejala Tidak Langsung: Penularan Virus
Tungro
Wereng hijau merupakan vektor virus tungro yang
terdiri dari dua virus: Rice Tungro Bacilliform Virus (RTBV) dan Rice Tungro
Spherical Virus (RTSV). Penularan virus ini mengakibatkan:
a. Daun menguning oranye secara menyeluruh
dari daun tua ke daun muda.
b. Tanaman sangat kerdil, dengan ukuran
30-60% lebih pendek dari normal.
c. Malai kecil atau tidak muncul sama sekali,
sehingga produksi padi sangat rendah atau nihil.
d. Akar pendek dan berwarna coklat, akibat
infeksi sistemik virus.
e. Gejala ini biasanya muncul 10–14 hari
setelah infeksi dan akan semakin parah jika infeksi terjadi pada fase awal
pertumbuhan (Marwoto & Supriyanto, 2010).
Identifikasi dini terhadap gejala serangan wereng hijau menjadi sangat
penting karena kerusakan yang ditimbulkan bersifat progresif. Serangan langsung
dapat diatasi dengan pengendalian populasi, namun apabila hama telah menjadi
vektor virus tungro, pengendalian menjadi lebih sulit dan dampak yang
ditimbulkan lebih merugikan.
Kondisi lingkungan, seperti suhu dan kelembapan, serta keberadaan varietas
padi yang rentan turut mempengaruhi intensitas serangan (Setyobudi &
Tengkano, 2004). Oleh karena itu, pemilihan varietas tahan, pengaturan waktu
tanam, dan penggunaan musuh alami merupakan komponen penting dalam pengelolaan
hama terpadu (PHT).
Wereng hijau merupakan hama penting tanaman padi yang menimbulkan kerusakan
langsung melalui penghisapan cairan tanaman dan kerusakan tidak langsung
sebagai vektor virus tungro. Gejala serangan dapat dikenali dari perubahan
warna daun, pertumbuhan kerdil, dan penurunan produktivitas. Deteksi dini dan
pengelolaan hama secara terpadu sangat penting untuk meminimalkan kerugian
hasil panen akibat serangan wereng hijau.
Daftar Pustaka
1. Marwoto, B., & Supriyanto, A. (2010).
Pengaruh Wereng Hijau sebagai Vektor Penyakit Tungro terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Padi. Jurnal Hama dan Penyakit Tumbuhan Tropika, 10(2), 113–120.
2. Saragih, B., Supriyadi, A., &
Widawati, S. (2015). Strategi Pengendalian Penyakit Tungro pada Tanaman Padi.
Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia, 19(1), 45–52.
3. Sastrosiswojo, S. (1999). Hama dan
Penyakit Utama Tanaman Padi di Indonesia. Jakarta: Balai Penelitian Tanaman
Padi.
4.
Setyobudi,
L., & Tengkano, W.S. (2004). Dinamika Populasi dan Kerusakan Akibat Wereng
Hijau di Lahan Padi Sawah. Buletin Penelitian Tanaman Pangan, 23(3), 142–148.
Posting Komentar untuk "Gejala Serangan Wereng Hijau (Nephotettix virescens) pada Tanaman Padi"