Wereng batang cokelat (Nilaparvata lugens) merupakan salah satu hama utama pada tanaman padi di Asia, termasuk Indonesia. Serangga ini merusak tanaman secara langsung dengan mengisap cairan dari batang padi, serta secara tidak langsung dengan menularkan penyakit kerdil rumput dan kerdil hampa. Hama ini termasuk ke dalam ordo Hemiptera dan famili Delphacidae, yang menyerang tanaman padi dengan cara mengisap cairan dari jaringan floem di bagian batang dan pangkal daun (Sastrosiswojo, 1999).
Serangan wereng batang cokelat
telah menimbulkan kerusakan besar di banyak negara Asia, terutama sejak tahun
1970-an. Hama ini juga dikenal karena kemampuannya berkembang biak secara
cepat, berpindah antarlahan melalui kemampuan terbang, dan resistensinya
terhadap beberapa jenis insektisida (Heinrichs & Rapusas, 1985).
Gejala
Serangan Wereng Batang Cokelat
Gejala serangan wereng batang
cokelat pada tanaman padi dapat dikenali melalui beberapa tahapan, tergantung
pada intensitas serangan dan fase pertumbuhan tanaman.
1.
Gejala Awal Serangan
a.
Daun padi mulai menguning, terutama pada
bagian bawah rumpun.
b.
Tanaman tampak layu pada siang hari,
tetapi terlihat normal kembali pada sore hari.
c.
Saat populasi wereng meningkat, warna
daun menjadi cokelat kekuningan, menandakan gangguan pada penyaluran air dan
nutrisi.
2.
Gejala Lanjut: Hopperburn
a.
Daun mengering dari ujung ke pangkal.
b.
Tanaman tampak terbakar (hopperburn)
dan akhirnya mati.
c.
Hopperburn
terjadi karena serangan berat pada fase generatif, di mana seluruh rumpun padi
mati akibat kehabisan cairan dan rusaknya jaringan pengangkut.
3.
Gejala Khusus: Peran Sebagai Vektor
Virus
Selain
kerusakan mekanis, wereng batang cokelat juga berperan sebagai vektor virus
penyebab penyakit kerdil rumput dan kerdil hampa, yang ditandai oleh:
a.
Tanaman kerdil, berdaun sempit, tegak,
dan berwarna hijau gelap (kerdil rumput).
b.
Tanaman tidak menghasilkan malai, serta
anakan berlebihan dan tidak produktif (kerdil hampa).
Virus
tersebut memperparah kerusakan dan menyebabkan kerugian panen total jika tidak
segera dikendalikan (Herdt, 2001).
Faktor
yang Memengaruhi Intensitas Serangan
Beberapa faktor yang memperburuk
serangan wereng batang cokelat meliputi:
1.
Penggunaan varietas padi yang rentan,
seperti varietas intensif berumur pendek.
2.
Pemupukan nitrogen berlebih, yang
menyebabkan pertumbuhan tanaman yang lunak dan menarik bagi wereng.
3.
Tanam tidak serempak, yang menyediakan
habitat kontinuitas bagi wereng sepanjang tahun.
4.
Penggunaan insektisida yang tidak
selektif, yang membunuh musuh alami dan mempercepat ledakan populasi wereng.
Gejala serangan wereng batang
cokelat dapat menjadi panduan dalam mendeteksi keberadaan hama secara dini.
Deteksi gejala awal sangat penting karena kerusakan yang ditimbulkan bersifat
progresif dan bisa menyebabkan gagal panen. Hopperburn adalah indikator
serangan parah dan menandakan bahwa tindakan pengendalian terlambat dilakukan.
Dalam konteks pengelolaan
ekosistem sawah, pendekatan yang terintegrasi dan preventif sangat dianjurkan.
Misalnya, penanaman varietas tahan, rotasi tanaman, tanam serempak, dan
konservasi musuh alami, dapat menekan populasi wereng batang cokelat secara alami
dan berkelanjutan (Setyobudi et al., 2005).
Gejala serangan wereng batang
cokelat pada tanaman padi dapat dikenali sejak dini melalui perubahan warna
daun, layu, dan munculnya hopperburn. Hama ini menyebabkan kerusakan
langsung dan juga sebagai vektor virus kerdil rumput dan kerdil hampa. Oleh
karena itu, pemahaman tentang gejala serangan sangat penting dalam mendukung
pengambilan keputusan pengendalian hama yang efektif dan tepat waktu.
Daftar
Pustaka
1.
Heinrichs, E.A., & Rapusas, H.R.
(1985). Brown Planthopper: Threat to Rice Production in Asia. Los BaƱos: IRRI.
2.
Herdt, R.W. (2001). Research Priorities
for Rice Biotechnology. Plant Molecular Biology, 35(2), 399–407.
3.
Sastrosiswojo, S. (1999). Hama dan
Penyakit Utama Tanaman Padi di Indonesia. Jakarta: Balai Penelitian Tanaman
Padi.
4.
Setyobudi, L., Suparyono, &
Tengkano, W.S. (2005). Teknologi Pengendalian Wereng Batang Cokelat. Buletin
Palawija, 14(1), 23–30.
Posting Komentar untuk "Gejala Serangan Wereng Batang Cokelat (Nilaparvata lugens) pada Tanaman Padi"