Wereng batang cokelat (Nilaparvata lugens) telah lama menjadi ancaman serius dalam budidaya padi, khususnya di sistem sawah irigasi. Populasi wereng dapat meningkat tajam dalam waktu singkat, menyebabkan kerusakan luas berupa "hopperburn" (daun mengering dan tanaman mati) serta menjadi vektor virus penyakit (Herdt, 2001). Karena itu, pengendalian terhadap wereng batang cokelat tidak dapat dilakukan secara tunggal dan harus mengintegrasikan berbagai metode dalam konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT).
1.
Pengendalian Budidaya
Pengelolaan
agroekosistem sawah yang baik dapat mencegah atau menekan ledakan populasi
wereng. Beberapa teknik budidaya yang terbukti efektif antara lain:
a.
Tanam Serempak
Tanam serempak di suatu hamparan dalam waktu maksimal 2 minggu akan memutus
siklus hidup wereng dan menghindari tempat berkembang biaknya sepanjang musim.
b.
Rotasi Tanaman
Mengganti tanaman padi dengan tanaman bukan inang seperti jagung atau
kacang-kacangan dapat menekan populasi wereng.
c.
Pengaturan Populasi Tanaman
Penanaman padi dengan jarak tanam yang cukup untuk meningkatkan sirkulasi
udara dapat mengurangi kelembaban dan mempersulit hama berkembang biak.
d.
Pemupukan Seimbang
Pemberian nitrogen berlebihan mempercepat pertumbuhan tanaman tetapi juga
meningkatkan populasi wereng (Saragih et al., 2015). Pemupukan harus
disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan kondisi tanah.
2.
Penggunaan Varietas Tahan
Penggunaan
varietas padi yang tahan terhadap wereng batang cokelat sangat membantu dalam
mengurangi intensitas serangan. Varietas tahan yang telah dikembangkan oleh
Balai Penelitian Tanaman Padi antara lain:
a.
Inpari 13, Inpari 30, Inpari 42 Agritan
GSR
b.
Ciherang Sub1 dan IR64 (dengan ketahanan
relatif terhadap BPH strain tertentu)
Namun,
rotasi varietas perlu dilakukan untuk menghindari adaptasi dan evolusi biotipe
baru wereng yang bisa mematahkan ketahanan varietas (Heinrichs & Rapusas,
1985).
3.
Pengendalian Biologis
Penggunaan
musuh alami merupakan metode pengendalian yang ramah lingkungan dan
berkelanjutan. Musuh alami wereng batang cokelat meliputi:
a.
Laba-laba predator (Lycosa spp.)
b.
Kepik predator (Cyrtorhinus
lividipennis)
c.
Telonome parasitoid (Anagrus spp.)
Pelestarian
musuh alami dapat dilakukan dengan menghindari penggunaan insektisida sintetis
secara berlebihan.
4.
Pengendalian Kimiawi
Penggunaan
pestisida bersifat selektif dan hanya dilakukan bila populasi wereng melebihi
ambang ekonomi, yaitu lebih dari 10 ekor wereng per rumpun tanaman
(Sastrosiswojo, 1999). Insektisida yang umum digunakan meliputi:
a.
Imidakloprid
b.
Tiametoksam
c.
Buprofezin
d.
Pimetrozin
Penggunaan
pestisida harus disesuaikan dengan rotasi bahan aktif untuk mencegah resistensi
dan membunuh musuh alami.
5. Pengendalian Hama Terpadu (PHT)
PHT
mengintegrasikan semua metode pengendalian dengan prinsip sebagai berikut:
a.
Pemantauan populasi secara rutin
menggunakan jaring serangga atau pengamatan visual.
b.
Ambang pengendalian sebagai dasar
tindakan, bukan sekadar kehadiran hama.
c.
Kombinasi pengendalian budidaya,
varietas tahan, musuh alami, dan pestisida selektif.
d.
Pelatihan petani melalui Sekolah Lapang
PHT untuk meningkatkan pemahaman dan kemandirian petani dalam pengambilan
keputusan pengendalian.
Keberhasilan pengendalian wereng batang cokelat sangat tergantung pada waktu dan metode pengendalian. Strategi tunggal seperti penggunaan insektisida dapat menyebabkan ledakan populasi lebih besar karena mematikan musuh alami. Oleh karena itu, pendekatan PHT yang berbasis ekosistem menjadi satu-satunya jalan untuk pengendalian yang efektif dan berkelanjutan (Setyobudi et al., 2005).
Kunci dari strategi ini adalah
edukasi dan partisipasi aktif petani dalam pemantauan dan pengambilan
keputusan. Penguatan kelembagaan tani dan fasilitasi oleh penyuluh lapangan
sangat penting untuk mengimplementasikan PHT secara luas.
Wereng batang cokelat merupakan
hama penting yang memerlukan penanganan terpadu. Pengendalian budidaya,
penggunaan varietas tahan, pemanfaatan musuh alami, serta penggunaan
insektisida secara selektif dalam kerangka PHT terbukti efektif menekan
populasi wereng dan mencegah kerusakan berat. Pendekatan pengendalian yang
ramah lingkungan dan berbasis ekosistem merupakan solusi jangka panjang bagi
keberlanjutan produksi padi nasional.
Daftar
Pustaka
1.
Heinrichs, E.A., & Rapusas, H.R.
(1985). Brown Planthopper: Threat to Rice Production in Asia. IRRI, Los BaƱos,
Philippines.
2.
Herdt, R.W. (2001). Research Priorities
for Rice Biotechnology. Plant Molecular Biology, 35(2), 399–407.
3.
Sastrosiswojo, S. (1999). Hama dan
Penyakit Utama Tanaman Padi di Indonesia. Jakarta: Balai Penelitian Tanaman
Padi.
4.
Saragih, B., Supriyadi, A., &
Widawati, S. (2015). Strategi Pengendalian Hama Wereng Batang Cokelat pada
Tanaman Padi. Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia, 19(1), 33–40.
5.
Setyobudi, L., Suparyono, &
Tengkano, W.S. (2005). Teknologi Pengendalian Wereng Batang Cokelat. Buletin
Palawija, 14(1), 23–30.
Posting Komentar untuk "Cara Pengendalian Wereng Batang Cokelat (Nilaparvata lugens) pada Tanaman Padi"