Pengendalian Ulat Grayak (Spodoptera frugiperda) pada Tanaman Jagung

Ulat grayak (Spodoptera frugiperda) merupakan salah satu hama utama yang menyerang tanaman jagung di berbagai daerah di Indonesia. Serangannya dapat menyebabkan penurunan hasil panen secara signifikan, terutama pada fase vegetatif awal tanaman. Oleh karena itu, strategi pengendalian yang tepat dan terpadu sangat diperlukan untuk menjaga produktivitas tanaman jagung.

Daur Hidup dan Kerusakan

Ulat grayak memiliki siklus hidup yang cepat, dengan tahap telur, larva, pupa, dan ngengat. Kerusakan terparah terjadi pada fase larva, yang memakan daun, merusak titik tumbuh, bunga jantan, dan bahkan tongkol. Tanaman muda yang terserang dapat mengalami kegagalan tumbuh, sedangkan serangan pada fase generatif menyebabkan biji tidak berkembang sempurna.

Strategi Pengendalian

1.       Pengendalian Budidaya

a.       Rotasi tanaman: Menghindari penanaman jagung secara terus-menerus pada lahan yang sama.

b.       Tanam serempak: Mengurangi keberadaan tanaman inang dalam waktu lama.

c.       Sanitasi lahan: Membersihkan gulma dan sisa tanaman yang dapat menjadi tempat persembunyian larva.

2.       Pengendalian Mekanis

a.       Pengamatan rutin terhadap daun muda dan titik tumbuh tanaman.

b.       Pengambilan manual larva dan telur yang ditemukan di lapangan, terutama pada skala kecil.

3.       Pengendalian Hayati

Pemanfaatan musuh alami seperti:

a.       Trichogramma spp. (parasitoid telur)

b.       Telenomus remus (parasitoid telur)

c.       Bacillus thuringiensis (Bt), bakteri patogen spesifik untuk larva lepidoptera

d.       Jamur entomopatogen seperti Metarhizium anisopliae dan Beauveria bassiana

4.       Pengendalian Kimiawi

a.       Aplikasi insektisida dilakukan berdasarkan ambang ekonomi (10% tanaman terserang).

b.       Gunakan insektisida dengan bahan aktif berbeda secara bergantian untuk mencegah resistensi, misalnya:

1)      Klorantraniliprol

2)      Emamektin benzoat

3)      Spinetoram

c.       Penyemprotan sebaiknya dilakukan pagi atau sore hari saat larva aktif.

5.       Pengendalian Terpadu (PHT)

a.       Menggabungkan seluruh metode di atas secara sistematis dan berkelanjutan.

b.       Petani perlu dilatih agar dapat mengenali hama, menetapkan ambang kendali, dan memilih strategi tepat.

Pengendalian ulat grayak memerlukan pendekatan terpadu yang mencakup metode budidaya, hayati, mekanis, dan kimiawi. Monitoring populasi dan penerapan prinsip pengendalian hama terpadu (PHT) menjadi kunci dalam menjaga keberlanjutan produksi jagung.

 

 

Daftar Pustaka

1.       Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan. (2020). Panduan Pengendalian Hama Ulat Grayak Jagung. Kementerian Pertanian RI.

2.       Capinera, J. L. (2017). Fall Armyworm, Spodoptera frugiperda (J.E. Smith). University of Florida IFAS Extension.

3.       https://edis.ifas.ufl.edu/publication/IN255

4.       Herlinda, S., & Suparman, H. (2021). Pengendalian hayati ulat grayak jagung menggunakan parasitoid dan agen hayati lokal. Jurnal Hama dan Penyakit Tumbuhan Tropika, 21(1), 65–73. https://doi.org/10.23960/j.hptt.12165-73

5.       Kementerian Pertanian RI. (2020). Petunjuk Teknis Pengendalian Spodoptera frugiperda pada Tanaman Jagung. Jakarta: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.

6.       Syahputra, D., & Lestari, Y. (2022). Efektivitas pengendalian ulat grayak dengan pestisida nabati dan hayati. Jurnal Perlindungan Tanaman, 30(2), 102–110.

 

Posting Komentar untuk "Pengendalian Ulat Grayak (Spodoptera frugiperda) pada Tanaman Jagung"