Pengendalian Tikus Sawah (Rattus argentiventer) pada Tanaman Padi


Tikus sawah (
Rattus argentiventer) merupakan salah satu hama utama tanaman padi di Indonesia. Hama ini menyerang hampir di semua fase pertumbuhan, mulai dari fase persemaian hingga panen. Serangan tikus dapat menyebabkan kerusakan serius, bahkan puso (gagal panen) bila tidak ditangani dengan cepat dan tepat.

Karakteristik Tikus Sawah

1.       Tikus aktif pada malam hari (nokturnal).

2.       Berkembang biak sangat cepat; seekor betina bisa melahirkan 5–12 anak per siklus.

3.       Hidup bersembunyi di pematang, tanggul, semak, atau lubang-lubang tanah.

Gejala Serangan

1.       Persemaian: benih dimakan atau dicabut.

2.       Fase vegetatif: batang tanaman dipotong, menyebabkan tanaman roboh.

3.       Fase generatif: bulir padi dimakan sebagian atau seluruhnya.

4.       Terdapat jejak kaki, lubang sarang, dan kotoran tikus di sekitar sawah.

Strategi Pengendalian Tikus Sawah (Pengendalian Terpadu)

1.       Pengendalian Kultur Teknik

a.       Tanam serempak dalam satu hamparan.

b.       Sanitasi lingkungan: membersihkan gulma, semak, dan tumpukan jerami.

c.       Perbaikan pematang sawah untuk mencegah tempat bersarang.

2.       Pengendalian Mekanis dan Fisik

a.       Gropyokan (perburuan massal) secara berkala.

b.       Pemagaran seng mengelilingi persemaian.

c.       Penggenangan sawah untuk merusak sarang di tanah.

3.       Pengendalian Biologis

a.       Burung hantu (Tyto alba) sebagai musuh alami efektif. Pemasangan rumah burung hantu (rubuha) di area sawah sangat disarankan.

b.       Menjaga keanekaragaman hayati untuk mendukung predator alami tikus.

4.       Pengendalian Kimia

a.       Penggunaan rodentisida (umpan beracun), seperti bromadiolon dan warfarin, hanya digunakan terbatas dan hati-hati agar tidak mencemari lingkungan atau membahayakan fauna non-target.

b.       Diterapkan pada awal musim tanam, sebelum populasi meledak.

5.       Pengendalian Terpadu Berbasis Kalender Tanam

a.       Pendekatan Gerakan Pengendalian (Gerdal) oleh petani dan pemerintah desa.

b.       Waktu kritis pengendalian: 10 hari sebelum tanam hingga 30 hari setelah tanam.

Pengendalian tikus sawah paling efektif jika dilakukan secara kolektif, terencana, dan terpadu. Kombinasi pendekatan kultur teknik, mekanis, hayati, dan kimia dengan melibatkan masyarakat sekitar akan meningkatkan keberhasilan dan mengurangi risiko ledakan populasi tikus.

 

 

Daftar Pustaka

1.       Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. (2017). Panduan Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Padi. Jakarta: Kementerian Pertanian RI.

2.       Brown, P.R., Singleton, G.R., & Sudarmaji. (2003). "Rats in Rice Systems: Ecology and Management." ACIAR Monograph.

3.       Sastrosiswojo, S., & Soekarna, D. (1993). Hama Tanaman Pangan. Jakarta: Balai Pustaka.

4.       Rismunandar. (1990). Hama-Hama Tanaman Pangan. Jakarta: Penebar Swadaya.

5.       Mulyana, A., & Setiawan, A. (2006). "Strategi Pengendalian Tikus Sawah." Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia, 12(1), 15–22.

6.       Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan. (2018). Teknologi Pengendalian Tikus Sawah Berbasis Ekologi. Bogor: BBPOPT.

 

Posting Komentar untuk "Pengendalian Tikus Sawah (Rattus argentiventer) pada Tanaman Padi"